BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Tidak hanya dalam hal
keduniaan, bahkan dalam ruang lingkup agama pun (Islam) perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi turut ambil bagian.
Akhir-akhir ini beberapa ilmuan mengemukakan pendapat yang mencengangkan
yaitu bahwa Ka’bah, situs terpenting dalam agama Islam
merupakan pusat dari satu-satuny planet dalam sistem tata surya yang dapat
dihuni oleh makhluk hidup. Hal itu diperkuat dengan adanya beberapa penelitian,
antara lain:
·
Ketika
Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan
mengambil gambar planet bumi, dia berkata “Planet Bumi ternyata menggantung di
area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya?”
·
Ketika
Prof. Hussain Kamel pada awalnya beliau meneliti suatu cara untuk
menentukan arah kiblat di kota kota besar di dunia. Untuk itu ilmuan Mesir ini
menarik garis-garis pada peta, dan setelah itu Prof. Hussain yang saat itu
menjadi kepala bagian Ilmu Ukur Bumi di Universitas Riyadh Saudi Arabia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua
terhadap Mekkah dan jarak masing-masing, lalu beliau memulai untuk mengambar
garis-garis sejajar hanya untuk mempermudahkan projek garis bujur dan garis
lintang. Beliau yang merupakan dosen ilmu ukur bumi kagum dengan apa yang
ditemukannya bahwa Ka’bah adalah pusat Bumi.
Keberadaan Ka’bah
sebagai pusat bumi juga diperkuat dengan
Firman Allah SWT dalam A-Qur’an yang berbunyi:
جَعَلَ
اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِلنَّاسِ وَالشَّهْرَ
الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ ذَلِكَ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ
يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah
telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia, dan
(demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalai. (Allah menjadikan yang) demikian
itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (QS
Almaidah: 97)
1.2 TUJUAN
1.
Membuktian
secara sains apakah benar Ka’bah merupakan pusat bumi.
2.
Membuktikan
secara agama apakah benar Ka’bah merupakan pusat bumi.
1.3 MANFAAT
1. Memperluas
pengetahuan pembaca tentang Ka’bah dan pusat bumi.
2.
Menambah
wawasan
pembaca tentang pusat bumi.
3.
Menambah
keyakinan umat Islam tentang kebesaran Allah SWT.
1.4 RUMUSAN MASALAH
Karya tulis ini
hanya membahas:
1.
Apakah
yang dimaksud pusat bumi ?
2.
Apakah
yang dimaksud Ka’bah ?
3.
Bagaimanakah
Ka’bah sebagai pusat bumi ?
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pusat Bumi
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Pusat” berarti tempat yang berada di
tengah-tengah suatu objek. Sedangkan menurut istilah “Pusat” berarti suatu
titik yang menjadi tumpuan objek-objek yang berada disekitarnya. Dan yang
dimaksud dengan bumi adalah satu-satunya planet yang dapat dihuni dan ditempati
oleh makhluk hidup dalam sistem tata surya dan mengorbit pada matahari. Didalam
bumi terdapat beberapa hamparan daratan luas yang disebut dengan benua yang
terdiri dari banyak negara. Lalu
bagaimana dengan definisi Bumi dari kacamata Islam? Mari kita simak ayat
berikut:
الَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا
تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu;(Al Baqarah: 22)
Berdasarkan
ayat diatas, Allah menjadikan bumi sebagai hamparan, maksudnya adalah sebagai
tempat untuk kita berpijak dan tinggal atau menetap. Menjadikan langit sebagai
tempat bernaung, dalam hal ini, langit diibaratkan sebagai atmosfer bumi yang
senantiasa melindungi makhluk yang tinggal di dalam bumi dari bahaya yang
mengancam dari luar bumi, seperti meteorid, radiasi sinar matahari, dan
sebagainya. Kemudian dari langit Allah menurunkannya air hujan, yang dengan turunya air hujan tersebut tumbuhlah berbagai
macam buah-buahan sebagai rizki dari Tuhan Sang Pencipta.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pusat bumi adalah suatu tenpat dipermukaan bumi yang dijadikan acuan
bagi seluruh negara di dunia. Tentunya dalam menentukan pusat
bumi, banyak hal yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi perselisihan
antar umat yang menimbulkan perpecahan
dan kerusakan dibumi. Karena Allah telah berfirman dalam Al Qur’an yang
berbunyi:
فَأَمَّا الَّذِينَ
كَفَرُوا فَأُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَمَا
لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akandikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al-A’raf:56)
Ayat
diatas menegaskan bahwa sesungguhnya salah satu peranan manusia dimuka bumi ini
adalah untuk berbuat kebaikan. Karena “kerusakan” yang dimaksud dalam ayat ini
adalah perbuatan manusia yang bersifat merusak, baik merusak bumi atau merusak sesama
manusia, seperti berzina, membunuh dan mencuri.
2.2 Ka’bah
Ka’bah
atau Baitullah adalah sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang terletak di
tengah Masjidil Haram yang berada di Makkah. Makkah terletak sekitar 600 km
sebelah selatan kota Madinah kurang lebih 200 km sebelah timur laut Kota
Jeddah. Secara Astronomi
Makkah terletak pada 21°25‘21.2“ Lintang Utara dan 39°49‘34.1“ Bujur Timur. Bangunan ini adalah tempat suci
bagi kaum muslim (umat Islam) dan merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah
kiblat atau arah patokan untuk beribadah bagi umat Islam di seluruh dunia
seperti arah sholat yang mengarah atau ber kiblat pada Baitullah. Untuk
menentukan arah kiblat dengan cukup presisi dapat dilakukan dengan merujuk pada
kordinat Bujur atau Lintang dari lokasi Ka’bah di Makkah terhadap masing-masing
titik lokasi orientasi dengan menggunakan perangkat GPS.
Ka’bah juga dinamakan Al-Atiq yang
berarti rumah tua. Hal ini
dikarenakan Ka’bah memang sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim. Dalam
Al-Qur'an, Surat Ibrahim Ayat 37 Allah berfirman:
رَبَّنَا
إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ
تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur”.(Ibrahim:37)
Dalam
ayat diatas tersirat bahwa Ka’bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Ibu Hajar dan bayi Ismail di lokasi
tersebut. Yaitu ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk memisahkan Ibu
Hajar yang merupakan istri muda Nabi Ibrahim dengan Ibu Sarah yang merupakan
istri tua Nabi Irahim untuk menghindari kecemburuan.
Ka’bah
pernah direnovasi akibat banjir yang melanda kota Makkah, dan pada saat itu
Nabi Muhammad SAW baru berusia 30 tahun dan belum diangkat menjadi rasul. Dan pada
saat itu juga terjadi perselisihan antara kepala suku dan kabilah mengenai
peletakan kembali Batu Hajar Aswad pada salah satu sudut Ka’bah, namun
perselisihan itu dapat dilerai oleh Nabi Muhammad SAW tanpa ada pertumpahan
darah dan tidak ada pihak yang dirugikan.
Semula,
pintu Ka’bah terdiri atas dua pintu dan
letak pintu Ka’bah berada diatas tanah. Tidak sama seperti sekarang, pintu Ka’bah dibuat lebih tinggi karena
diadakannya renovasi akibat banjir. Dan pintu Ka’bah dibuat hanya satu saja,
hal ini dikarenakan pada saat itu terjadi kekurangan biaya untuk membuat dua
buah pintu. Adapula bagiannya yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan Ka’bah,
yang dinamakan Hijir Ismail, yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah
satu sisi Ka’bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka
Suku Quraisy yang bisa memasukinya, karena Suku Quraisy merupakan suku atau
kabilah yang dimuliakan oleh Bangsa Arab saat itu.
Pada
saat itu Nabi Muhammad SAW pernah mengurungkan niatnya untuk merenovasi Ka’bah,
hal ini disebabkan pada saat itu kaumnya baru saja masuk Islam. Sebagaimana
tertulis didalam hadits: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan
kekafiran, akan aku turunkan pintu Ka’bah dan dibuat dua pintunya serta
dimasukkan Hijir Ismail ke dalam Kakbah", sebagaimana pondasi yang
dibangun oleh Nabi Ibrahim.
Pada
saat Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah.
Ka’bah yang sebelumnya menjadi bangunan yang digunakan sebagai rumah ibadah
bagi umat Nabi Ibrahim, berubah menjadi tempat pemujaan terhadap berhala yang
jumlahnya sekitar 360 berhala yang diletakan didalamnya yaitu sebagai
perwujudan politheisme Bangsa Arab
pada masa jahilliyah, padahal Nabi Ibrahim mengajarkan pada Bangsa Arab bahwa
Allah Sang Pencipta alam tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan
benda atau makhluk apapun dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta
tunggal tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak serta tidak diperanakkan.
Hal itu tertulis dalam Al Qur’an, Surat Al Ikhlas Ayat 1-4 yang berbunyi:
قُلْ
هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2)
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا
أَحَدٌ (4)
Katakanlah:
"Dia-lah Allah. Yang Maha Esa,Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.(Al Ikhlas:1-4)
Hingga
akhirnya Nabi Muhammad membersihkan Ka’bah
dari patung dan berhala jahilliyah dan mengembalikannya ke agama tauhid (Islam)
tanpa ada pertumpahan darah.
Kemudian
Ka’bah dikelola oleh Bani Sya’ibah dengan baik, sampai saat ini Ka’bah dikelola
oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
PUSAT BUMI SAAT INI
Greenwich merupakan sebuah desa yang berada di
Inggris. Selama ini Greenwich dianggap sebagai pusat nol derajat. Untuk
sementara pernyataan itu benar, karena sampai saat ini belum ada yang dapat
menggantikan posisi Greenwich sebagai acuan dunia. Greenwich
dipercaya dan disepakati oleh banyak ilmuwan perbintangan (Ahli Astronomi) sebagai pusat nol
derajat sebagai awal perhitungan waktu atau disebut Greenwich Mean Time (GMT) pada 1884.
Penetapan
Kota Greenwich sebagai mula perhitungan waktu, menurut geolog Mesir Dr Zaglur
Najjar yang juga dosen Ilmu Bumi di Wales University, Inggris, tidak terlepas
dari pengaruh Inggris yang pada kala itu merupakan kekuatan kolonial Super power dunia. Pada masa itu, hampir
semua wilayah di dunia ini berada di bawah kekuasaan Inggris. Pengaruh Inggris
terhadap negara-negara bekas jajahannya hingga kini bisa dilihat dengan adanya
perkumpulan negara-negara persemakmuran Inggris (Commonwealth).
Dari Greenwich lah, bumi dibagi menjadi garis-garis bujur imajiner. Setiap 15 derajat sama dengan satu jam. Dan setiap 15 derajat dari sana dihitung berbeda satu jam dalam hitungan 24 jam. Perhitungan hari dan penanggalan internasional pun bermula dari bujur yang berjarak 180 derajat dari Greenwich.
Perbedaan
waktu setiap belahan bumi juga bisa dihitung berdasarkan posisi kita di garis
bujur. Karena satu putaran bumi itu memakan waktu 24 jam, perbedaan waktu satu
jam adalah pada 360 derajat/24 = 15 derajat garis bujur. Artinya, setiap tempat
yang memiliki perbedaan posisi bujur sebesar 15 derajat akan memiliki perbedaan
waktu satu jam. Inilah pembagian zona yang dirintis oleh orang Kanada, Sir
Stanford Fleming (1827-1915).
Sebagai
contoh, Indonesia dari Greenwich terletak di 95 derajat bujur timur (BT) sampai
141 derajat BT. Jika dihitung dari garis nol derajat (Greenwich), posisi di 95
derajat BT ini memiliki perbedaan waktu sebanyak 95 derajat/15 derajat = tujuh
jam lebih awal dari waktu di Greenwich. Jika di London tepat tengah malam, di
Jakarta adalah sudah pukul 7 pagi atau bisa juga disebut saat itu waktu di
Jakarta adalah pukul 0 GMT.
Akibat
posisi Indonesia yang terbentang dari 95 derajat BT hingga 141 derajat BT,
Indonesia pun terbagi menjadi tiga zona waktu yang masing-masing berbeda satu
jam. Yaitu, Waktu Indonesia bagian Barat (WIB), Waktu Indonesai bagian Tengah
(WITA), dan Waktu Indonesia bagian Timur (WIT). Namun,
kadang ada negara yang tetap menggunakan patokan waktu berdasarkan
kepentingannya. Misalnya Singapura. Negara ini secara geografis masuk dalam
wilayah Indonesia bagian barat, namun perhitungan waktunya adalah mengikuti
aturan Indonesia bagian tengah. Hal ini disebabkan Singapura menyesuaikan zona
waktu dengan Hongkong demi keseragaman waktu perekonomiannya. Negara Cina yang
terbentang begitu luas sehingga seharusnya memiliki lebih dari empat zona waktu
malah lebih memilih satu zona waktu saja.
Mengingat pentingnya peranan Greenwich dalam kehidupan
di bumi,maka untuk saat ini Greenwich ditetapkan sebagai pusat bumi.
3.2
PENELITIAN KA’BAH SEBAGAI PUSAT BUMI
Jika Greenwich memiliki peranan
penting dalam kehidupan di bumi, mengapa Ilmuan saat ini mengatakan bahwa
Ka’bah adalah pusat bumi? Bukti
apa saja yang membuat mereka menyatakan Ka’bah sebagai pusat bumi ini? Mari
kita
simak pembahasan berikut.
a. Matahari tepat berada di atas Ka’bah
Sudah sejak 1000 tahun terakhir,
sejumlah matematikawan dan astronom muslim seperti Biruni telah melakukan
perhitungan yang tepat untuk menentukan arah kiblat dari berbagai tempat di
dunia. Seluruhnya setuju bahwa setiap tahun ada dua hari dimana matahari berada
tepat di atas Ka’bah, dan arah bayangan matahari dimanapun di dunia pasti
mengarah ke Kiblat seperti terlihat pasa gambar 3.2.1.
Gambar
3.2.1 Matahari tepat berada di atas Ka’bah
Peristiwa tersebut terjadi setiap
tanggal 28 Mei pukul 9.18 GMT (16.18 WIB) dan 16 Juli jam 9.27 GMT (16.27 WIB)
untuk tahun biasa. Sedang tahun kabisat, tanggal tersebut dimajukan satu hari
dengan jam yang sama.
Pada saat-saat waktu diatas, ialah
sangat tepat sekali jika digunakan untuk mengkoreksi kiblat di setiap masjid di
daerah-daerah lain. Kita hanya tinggal mengikuti bayangan pada waktu yang telah
ditentukan seperti diatas. Maka tidak perlu lagi susah-susah menentukanarah
kiblat yang benar.
Tentu saja pada waktu tersebut
hanya separuh dari bumi yang mendapat sinar matahari. Selain itu terdapat dua hari lain dimana matahari tepat
di “balik” Ka’bah (antipoda),
dimana bayangan matahari pada waktu tersebut juga mengarah ke Ka’bah.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 28 November 21.09 GMT (4.09 WIB) dan
16 Januari jam 21.29 GMT (4.29 WIB)
b.
Ka’bah Memiliki
Radiasi
Tak
Berujung
Seperti dikutip dari berbagai sumber, termasuk dari VIVA news
Forum, salah satu yang mengetahui kebenaran sabda Rasul
adalah Neil Amstrong, astronot berkebangsaan Amerika yang menjadi orang
pertama yang menginjakkan kakinya di Bulan.
Ketika Amstrong sedang melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil
gambar Planet Bumi, ia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area
yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya?”.
Selain Amstrong, astronot lain juga menemukan fakta bahwa planet bumi
mengeluarkan semacam radiasi, yang kemudian diketahui sebagai medan magnet.
Penemuan ini sempat mengguncang National Aeronautics and Space Administration
(NASA), badan antariksa Amerika Serikat, dan temuan ini sempat dipublikasikan
melalui Internet. Namun entah mengapa, setelah 21 hari tayang, website
yang mempublikasikan temuan itu hilang dari dunia maya, seolah memang sengaja
dihapus demi kepentingan tertentu.
Namun demikian, keberadaan radiasi itu tetap diteliti, dan akhirnya
diketahui kalau radiasi tersebut berpusat di kota Makkah, tempat dimana
Ka’bah berada. Yang lebih mengejutkan, radiasi tersebut ternyata bersifat infinite (tidak berujung). Hal ini
terbuktikan ketika para astronot mengambil foto Planet Mars, radiasi tersebut
masih tetap terlihat. Para peneliti muslim mempercayai
bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di
di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.
Radiasi dari Ka’bah ini tak dapat diketahui tanpa pesawat antariksa abad 20, membuktikan jika Al Qur’an ialah berasal dari Allah, & bukti bahwa
Al Qur’an adalah mukjizat sepanjang masa.
Kerana banyak ayat yang baru dapat dibuktikan oleh peralatan
terakhir, zaman terakhir.
c. Ka’bah adalah daerah tanpa medan magnet
Di
tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang
bernama Zero Magnetism Area,
artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum
kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama
besarnya antara kedua kutub.
Itulah
sebabnya kenapa jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih
lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan
gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’Bah, maka seakan-akan
diri kita di charged ulang oleh
suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara
ilmiah.
Hal ini telah
dibuktikan dengan medan magnet bumi diberbagai kota di belahan Dunia Barat
& Timur. Magnet bumi memiliki nilai sekian derajat barat dan sekian
derajat timur. Daerah yang tepat memiliki nilai nol
/ kosong ialah tepat
pada Ka’bah seperti
gambar dibawah ini.
Gambar
3.1: kekuatan medan magnet bumi yang menunjukan bahwa Makkah adalah daerah
nol derajat.
Berdsarkan gambar 3.1 diatas yang didukung oleh satelit, survey magnet, dan lainnya. Daerah Makkah termasuk daerah dengan medan magnet nol hingga 10 derajat, dan memang daerah ini terdapat di timur sekitar Indonesia dan juga di barat sekitar Panama dan Samudra Pasifik. Namun jika dicermati, maka akan jelas sekali bahwa pusatnya adalah Makkah, sebab area sebelah barat mencekung melingkar menjauh Makkah. Begitu pula daerah Indonesia, menggembung menjauhi Makkah. Sedangkan Makkah sendiri cenderung melingkar jelas berikut medan-medan magnet yang lebih besar di sekitarnya. Dari gambar 3.2 dibawah ini,juga dapat dilihat dengan jelas bahwa pengambilan besar medan kekuatan magnet bumi di berbagai tempat di Amerika Utara, Amerika Selatan, Kutub Selatan dan Australia, menunjukkan bahwa titik pusat pertemuannya adalah di Makkah.
Gambar
3.2 pengukuran kekuatan magnet bumi dengan titik pertemuan di Ka’bah,
d. Tujuh Benua berpusat di Ka’bah
Prof. Hussain Kamel, seorang ilmuwan, juga menemukan fakta
bahwa Ka’bah memang pusat bumi. Penemuan terjadi saat ia
meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.
Untuk tujuan itu, ia menarik garis-garis
pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua
terhadap Makkah dan jarak antara benua-benua tersebut dengan Makkah. Ia memulai untuk menggambar
garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis
lintang.
Setelah dua tahun melakukan pekerjaan
yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk
menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta
banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Ka’bah merupakan pusat bumi.
Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran
dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah
benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling
luar benua-benua tersebut.
Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada
tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut
mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu
diciptakan.
Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa
lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak
secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus
menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Ka’bah.
Dalam Al Qur'an, Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ
حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ
وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ
"Demikianlah Kami wahyukan
kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada
Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri)
sekelilingnya..." (asy-Syura: 7)
Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain,
dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota
lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya.
Dulu, sebelum bumi menjadi seperti keadaannya yang
sekarang, planet tempat tinggal manusia dan jin ini ditutupi air (samudera).
Kemudian gunung api di dasar samudera meletus dengan dahsyat, memuntahkan
lava dan magma dalam jumlah yang teramat banyak, yang kemudian membentuk
gundukan tanah serupa bukit. Di bukit ini lah Ka’bah berdiri. Studi ilmiah membuktikan, batu basal yang ditemukan
di kota Makkah merupakan batuan purba. Jadi jelas, setelah kawasan Makkah
terbentuk, daratan meluas hingga seperti saat ini.
e. Batu Hajar Aswad bukan barasal
dari bumi
Hajar
Aswad, dahulu berbentuk satu bongkahan. Namun setelah terjadinya penjarahan
yang terjadi pada tahun 317H, pada masa pemerintahan al Qahir Billah Muhammad
bin al Mu’tadhid dengan cara mencongkel dari tempatnya, Hajar Aswad kini
menjadi delapan bongkahan kecil. Batu yang berwarna hitam ini berada di sisi
selatan Ka’bah.
Perlu
diketahui bahwa Hajar Aswad adalah batu yang diturunkan dari surga. Asalnya
itu putih seperti salju. Namun karena dosa manusia dan kelakukan orang-orang
musyrik di muka bumi, batu tersebut akhirnya berubah jadi hitam.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ
الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا
بَنِى آدَمَ
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal
batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang
membuat batu tersebut menjadi hitam”. ( HR. Tirmidzi no. 877. Shahih menurut
Syaikh Al Albani)
عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْحَجَرُ
الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَكَانَ أَشَدَّ بَيَاضاً مِنَ الثَّلْجِ حَتَّى
سَوَّدَتْهُ خَطَايَا أَهْلِ الشِّرْكِ.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad adalah
batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang
musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.” (HR. Ahmad 1: 307.)
Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa lafazh ‘hajar Aswad adalah batu dari
surga’ shahih dengan syawahidnya. Sedangkan bagian hadits setelah itu
tidak memiliki syawahid yang bisa menguatkannya. Tambahan setelah itu dho’if karena
kelirunya ‘Atho’.
f. Makkah adalah Golden Ratio nya Bumi
Tentu yang pernah belajar
Matematika, pernah mendengar nama Fibonacci. Dia adalah seorang ahli
matematika yang hidup pada abad pertengahan di Aljazair. Semasa kecilnya
pernah berguru kepada seorang ahli matematika Muslim, hingga akhirnya
Fibonacci membawa ilmu Golden Ratio
yang mengguncangkan Eropa dan Dunia. Golden
Ratio benar-benar terobosan ilmu pengetahuan yang mencengangkan.
Phi Konstan 1,618, adalah jumlah nilai unggulan matematika. Allah Sang Pencipta selalu menggunakan
nomor yang sama dalam berbagai peristiwa di alam semesta, dalam pulse hati
kita, rasio aspek spiral DNA, di desain khusus yang disebut alam semesta dodecehadron, dalam aturan array daun tanaman yang disebut phylotaxy, dalam bentuk serpihan
salju, kristal, dalam struktur spiral banyak galaksi. Sang Pencipta
menggunakan nilai yang sama, yaitu Golden Ratio.
Nilai rasio ini juga digunakan
untuk desain arsitektur, bahkan Piramida di Mesir. Kepler, astronom terkenal, mendefinisikan angka ini sebagai penemuan yang terbaik. Banyak pelukis terkenal,
insinyur dan arsitek, seperti Leonardo Da Vinci, telah menggunakan rasio ini
dalam karya seni mereka selama ratusan tahun.
Proporsi jarak antara Makkah – Kutub Utara dengan jarak
antara Makkah
– Kutub Selatan adalah persis 1,618 yang merupakan Golden Ratio. Selain itu, proporsi jarak antara Kutub Selatan dan
Makkah dengan jarak antara kedua kutub adalah lagi 1,618 unit.
Keajaiban belum selesai The Golden
Ratio Point of the World
adalah di Kota
Makkah, tepatnya
di Ka’bah menurut
peta lintang dan bujur yang merupakan penentu umum manusia untuk lokasi.
Proporsi jarak Timur – Barat Mekah
adalah 1,618 unit. Selain itu, proporsi jarak dari Makkah ke garis titik
balik matahari dari sisi barat dan perimeter garis lintang dunia pada saat
itu juga mengejutkan sama dengan Golden
Ratio, 1,618 unit. The Golden Ratio Point of the World selalu
dalam batas Kota Makkah, di dalam Daerah Suci yang meliputi Ka’bah menurut
semua sistem pemetaan kilometrical meskipun variasi kecil dalam perkiraan
mereka.
Golden Ratio Makkah yang tertulis
jelas dalam Al Qur’an
Hubungan antara Kota Mekah dan Golden Ratio jelas terukir dalam Surah Ali Imran’s (bagian dari Al Qur’an) ayat 96.
إِنَّ أَوَّلَ
بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (ibadah)
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia”.( QS.3 Ali ‘Imran:96.)
Jumlah total semua huruf dari ayat
ini adalah 47. Menghitung Golden Ratio
dari total surat, kata Makkah tersirat: 47/1.618= 29,0. Terdapat 29
surat-surat dari awal sampai ayat kata, Makkah seperti dalam peta dunia. Jika
hanya satu kata atau huruf yang hilang, rasio ini tidak pernah bisa dipakai.
Dengan tanpa batas, kita telah melakukan proses yang sama yang kita
laksanakan pada peta dunia dan menyaksikan koherensi mulia sejumlah surat
yang mengungkapkan hubungan antara Makkah dan Golden Ratio.
Pakar astronomi ITB Moedji
Raharto, pun angkat bicara dan menyaranakan untuk waktu dekat dijadikan jam
hijriah. Meski didukung dengan bukti-bukti ilmiah yang nyata, usaha seluruh
muslim untuk menggeser pusat waktu dunia ke Makkah memang bukan perkara
mudah. Hal yang bisa dilakukan sekarang adalah dengan menjadikan jam raksasa
tersebut sebagai acuan waktu hijriah.
“Sekarang kan baru ada penanggalan hijriah, kenapa tidak dibuat saja semacam penyatuan waktu untuk jam hijriah,” kata astronom ITB Moedji Raharto. Masalahnya ialah negara-negara lain yang terlanjur menggunakan acuan waktu di wilayah tenggara London tersebut akan melakukan penyesuaian besar-besaran.
Alternatif lain yang bisa
dilakukan oleh seluruh muslim adalah menjadikan menara kedua terbesar di
dunia tersebut sebagai simbol Islam selain Ka’bah. Tujuannya, lebih ke arah
penyatuan semangat emosional umat muslim di seluruh dunia. “Barangkali itu
bisa lebih pada penyatuan umat muslim dan sebagai simbol selain haji. Begitu
kita lihat jam itu, kita bisa melihat Makkah bagaimana,” jelasnya.
|
Menara jam ini berbentuk kubus empat
sisi. Diameter jam mencapai 40 meter, mengalahkan jam terbesar sebelumnya yang
menjadi atap Cevahir Mall di Turki dengan diameter 35 meter. Waktu yang
digunakan oleh jam tersebut adalah Arabia Standard Time, tiga jam lebih dulu
jika dibandingkan dengan GMT. Sejak
125 tahun lalu, GMT telah disepakati sebagai wilayah yang dijadikan ukuran awal
waktu dunia karena dilalui titik nol derajat. Penentuan titik ini penting untuk
mempermudah ukuran waktu perjalanan dan komunikasi antar-negara.
Secara bukti-bukti ilmiah baik dari
geografis maupun astronomis, Makkah dianggap lebih tepat sebagai episentrum
dunia. Kota suci umat muslim tersebut diklaim sebagai wilayah tanpa kekuatan
magnetik oleh peneliti Mesir seperti Abdel Baset al Sayyed. Artinya, jarum kompas tidak
bergerak saat di Makkah.
3.3 PANDANGAN ISLAM MENGENAI KA’BAH
SEBAGAI PUSAT BUMI
3.3.1
Sejarah Ka’bah
Makkah
adalah kota yang pertama kali ada dimuka bumi, karena disinilah manusia pertama
Adam & Hawa hidup bersama, dari sinilah keturunan anak manusia itu
berkembang ke segala penjuru dunia. Ketika nabi Adam pertama kali tinggal disini, beliau
minta kepada Allah agar diselamatkan dari godaan Iblis yang telah
mencelakakannya disurga. Do’a nabi Adam AS terkabul, kemudian para Malaikat
turun kebumi mengelilingi tempat nabi Adam untuk menjaga agar iblis tidak dapat
mencapainya. Lantas tempat para Malaikat berjaga itulah yang kemudian menjadi
batas tanah Haram.
Sampai
tahun 8 H (623 M) Makkah masih boleh ditempati atau dikunjungi oleh orang-orang
Nasrani, Yahudi dan non Muslim lainnya, tetapi karena orang-orang kafir banyak
melakukan tindakan-tindakan munafik, ingkar janji dan memusuhi serta menodai
syiar Islam, maka pada tahun 9 H berdasarkan firman Allah SWT (QS. At-Taubah
28), mereka sama sekali dilarang masuk Makkah. Kota Makkah akan terus
berkembang menjadi amat besar pada hari-hari mendatang, namun tanah Haram/Tanah
suci Makkah tidak akan ikut berkembang, karena batasnya sudah ditetapkan yaitu
dari; arah utara masjidil Haram + 7 Km, arah selatan + 13 Km,
arah Barat dan Timur + 25 Km. Versi lain batas tanah haram dari Ka’bah:
dari arah Jeddah; Hudaibiyah (+ 10 mil), dari arah Madinah; Tan’im
(+ 4 mil), dari arah Thaif; Arafah (+ 11 mil), dari arah
Ja’ronah; Kampung Syi’ib Abdullah ibnu Kholid (+ 9 mil), dari
arah Irak; Tsaniah al-Khol (+ 7 mil), dari arah Yaman; Adhah
(+ 6 mil). Disinilah Ka’bah & Masjidil Haram ditempatkan oleh Allah,
disinilah Adam & Hawa hidup, disinilah nabi akhir zaman Muhammad SAW
dilahirkan, dikawasan tanah haram ini hewan buruan tidak boleh diburu,
pepohonan tidak boleh dirusak dan orang non muslim tidak boleh memasukinya dll.
Makkah sebelum Islam
tidak disebut-sebut sebagai kerajaan, melainkan sebagai tempat suku-suku
Quraisy yang sewaktu-waktu dimusim panas pindah ke Syam (Suriah) dan pada musim
dingin ke Yaman. Tetapi pada waktu itu kaum Quraisy sudah mengatur hal-hal
menyangkut tugas-tugas mengurus jama’ah haji yang datang ke Makkah. Kira-kira 2
abad sebelum Hijrah jabatan itu dipegang oleh Qusay bin Kilab (kakek ke-5
Rosulullah SAW), leluhur Nabi ini bertanggung jawab atas urusan ; Hijabah
(memegang kunci Ka’bah), Siqoyah (mengawasi mata air zam-zam), Rifadah
(menyediakan makanan bagi tamu), Nadwah (memimpin rapat antar suku), Liwa
(mengatur panji-panji perang) dan Qiyadah (memimpin pasukan perang).
3.3.2
Ka’bah sebagai pusat bumi berdasarkan Al Qur’an dan Al
Hadist
Selain berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuan di
atas tentang pusat bumi, Islam berdasarkan AL-Qur’an dan Al-Hadist juga
memiliki pandangan tentang Ka’bah sebagai pusat bumi.
Dalam Surat As-Syura ayat 7 Allah
Azza Wajalla berfirman:
وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِّتُنذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ
حَوْلَهَا
“Demikianlah kami wahyukan kepadamu
Alquran yang berbahasa arab, agar kamu memberi peringatan kepada penduduk ummul
qura (kota Mekah) dan orang-orang yang berada di sekitarnya.” (QS.
As-Syura: 7).
Ayat ini menunjukkan bahwa Makkah adalah pusat bumi.
Karena pengikut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus berada
di radius yang sama dari berbagai arah mata angin.
Berbagai
pembahasan tentang masalah Ka’bah sebagai pusat bumi juga telah dilakukan di Majlis Keajaiban Ilmiyah Al Quran
dan sunah di Makkah al-Mukaramah, dan
pembahasan
tersebut telah menerbitkan beberapa keputusan penting.
Terkait ini, sesungguhnya bumi itu oval, dengan demikian pusatnya bukan titik
tapi seperti bentuk segitiga, dan seperti itu Makkah.
Lebih jauh lagi, pembahasan ini membutuhkan kajian dari dua sudut
pandang. Sudut pandang syariat, dengan menggali dalil-dalil syariat baik di Al Qur’an
maupun Al Hadits shahih
yang membicarakan masalah ini. Dan kedua sudut pandang ilmiah fisika, dengan
mencari bukti-bukti secara fisika.
a.
Dari
sudut pandang syariat berdasarkan isyarat Al Qu’ran.
Sebagian ulama menegaskan
bahwa dalam Al Qur’an terdapat isyarat tentang
hal ini. Sementara dalam Hadits dan keterangan para ulama,
terdapat penegasan mengenai hal ini.
Isyarat Al Qur’an, dinyatakan dalam firman Allah:
وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمّةً وَسَطاً
“Demikianlah kami jadikan kalian umat
pertangahan…” (QS. Al-Baqarah: 143).
Ayat ini
berbicara dalam konteks perintah menjadikan kiblat sebagai kiblat. Seolah ayat
ini mengandung makna “Sebagaimana Ka’bah adalah pusat bumi, demikian
pula kami jadikan kalian sebagai umat pertengahan di antara umat-umat yang lain”.
Al-Qurtubi
mengatakan:
” المعنى
: وكما أن الكعبة وسط الأرض ، كذلك جعلناكم أمة وسطا “
“Makna
ayat, sebagaimana Ka’bah adalah pusat bumi, demikian pula kami jadikan kalian
umat pertengahan.” (Al-Jami’
Li Ahkam Alquran, 2:153).
Akan tetapi,
ini hanya salah satu dari 6 penafsiran yang disebutkan oleh para ahli tafsir
terkait dengan firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 143 tersebut.
Ayat lain
yang mengisyaratkan bahwa Makkah
atau Ka’bah adalah
pusat bumi, yaitu firman
Allah SWT dalam Al Qur’an yang
berbunyi:
وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِّتُنذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا
“Demikianlah
kami wahyukan kepadamu Alquran yang berbahasa Arab, agar kamu memberi
peringatan kepada penduduk ummul qura (kota Mekah) dan orang-orang yang berada
di sekitarnya.” (QS. Asy-Syura: 7).
Sebagian
ulama mengatakan, kota Makkah dinamakan ‘ummul qura’ [um = ibu, qura =
kota], karena Makkah adalah pusat seluruh kota di muka bumi. Darinya bumi itu
dibentangkan. Karena itulah Makkah
merupakan pusat bumi.
Ada juga
sebagian ulama yang mengatakan tentang latar belakang penamaan Makkah.
Ar-Raghib al-Asfahani
menjelaskan,
مكك
: اشتقاق مكة من تمكَّكْتُ العظم : أخرجت مخه
“Makak:
turunannya Makkah, dari kata ‘تمكَّكْتُ العظم’ yang artinya “Saya mengeluarkan
sumsumnya.” (Mufradat Alquran, Hal. 772)
Selanjutnya,
beliau bawakan keterangan al-Khalil dalam kitab al-Ain:
سميت
بذلك لأنها وسط الأرض ، كالمخ الذى هو أصل ما في العظم
“Dinamakan Makkah, karena kota ini adalah pusat bumi,
sebagaimana sumsum adalah pusat tulang”. (Mufradat Alquran, Hal. 772).
b. Dalil dari Hadits.
Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas secara marfu’,
menyatakan:
أول
بقعة وضعت في الأرض موضع البيت ، ثم مدت منها الأرض ، وإن أول جبل وضعه الله على
وجه الأرض ” أبو قبيس ” ، ثم مدت منه الجبال
“Tempat
pertama yang Allah letakkan di bumi adalah tanah pijakan Ka’bah, kemudian bumi
dibentangkan darinya. Dan gunung pertama yang Allah letakkan di muka bumi
adalah gunung Abu Qubais, kemudian gunung-gunung lainnya dibentangkan darinya.”
Namun hadis
ini bermasalah, karena ada perawi yang majhul (tidak jelas statusnya).
Hadis ini dimasukkan al-Uqaili dalam ad-Dhua’afa al-Kabir 2:341 dan
dinilai lemah oleh al-Albani sebagaimana dalam Silsilah ad-Dhaifah no.
5881.
c. Keterangan para sahabat
Ada beberapa
riwayat sahabat dan ulama generasi awal, diantaranya:
1.
Keterangan dari Abdullah bin Amr bin
Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa beliau mengatakan:
خلق
الله البيت قبل الأرض بألفي سنة ، وكان إذ كان عرشه على الماء زبدةً بيضاء ، وكانت
الأرض تحته كأنها حشفة ، فدحيت الأرض من تحته
“Allah
menciptakan Ka’bah 2000 tahun sebelum menciptakan bumi. Ketika itu, Arsy Allah
berada di atas air, seperti mutiara putih. Bumi berada di bawahnya, seperti
pulau kecil. Kemudian bumi dibentangkan dari bawahnya”. (HR. at-Thabari dalam tafsirnya
6:20 dengan sanad semua perawinya tsiqah).
2.
Keterangan Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
وضع
البيت على الماء على أربعة أركان قبل أن تخلق الدنيا بألفي عام ، ثم دحيت الأرض من
تحت البيت
“Ka’bah
diletakkan di atas air di atas 4 tiang, 2000 tahun sebelum dunia diciptakan.
Kemudian bumi dibentangkan dari bawah Ka’bah”. (HR. at-Thabari dalam tafsirnya
6:20 dengan sanad tidak masalah).
3.
Keterangan Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
خُلقت
الكعبة قبل الأرض بألفي سنة . قالوا : كيف خلقت قبل وهي من الأرض ؟ قال : كانت
حشفة – يعني : جزيرة على الماء ، عليها ملكان يسبحان الليل والنهار ألفي سنة ،
فلما أراد الله أن يخلق الأرض دحاها منها ، فجعلها في وسط الأرض
“Ka’bah
diciptakan 2000 tahun sebelum bumi. Muridnya bertanya: ‘Bagaimana Ka’bah bisa
diciptakan sebelumnya, padahal Ka’bah itu bagian dari bumi?’ Abu Hurairah menjawab:
‘Bumi ketika itu pulau kecil di atas air. Di atasnya ada dua malaikat yang
bertasbih siang dan malam selama 2000 tahun. Ketika Allah berkehendak untuk
menciptakan bumi, Dia bentangkan pulau itu, dan Dia jadikan Ka’bah sebagai
pusat bumi’.
(ad-Dur al-Mantsur, 1:115, namun dalam sandanya terdapat perawi yang
bernama Najih bin Abdirrahman, dan banyak keterangan ulama yang menilainnya
lemah).
Kesimpulannya, meskipun tidak terdapat dalil tegas yang
menunjukkan bahwa Makkah
merupakan pusat bumi. Akan tetapi, beberapa isyarat yang ditunjukkan oleh ayat
Al Qur’an, berikut tafsir yang disampaikan para ulama, serta keterangan para
sahabat yang jalur periwayatannya bisa dipertanggungjawabkan, menunjukkan bahwa
Mekah atau Ka’bah adalah pusat bumi.
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil kajian teoritis mengenai Ka’bah sebagai pusat bumi dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari
definisi yang sudah dijelaskan sebelumnya, yang dimaksud dengan Pusat Bumi
adalah suatu tempat yang digunakan untuk dijadikan patokan sebagai pusat dari
bumi ataupun sebagai patokan waktu dunia. Sedangkan Ka’bah adalah bangunan suci
yang dijadikan patokan arah kiblat atau untuk hal-hal yang bersifat ibadah bagi
umat Islam.
2. Ka’bah yang merupakan tempat peribadatan terpenting
bagi umat muslim, ternyata adalah pusat bumi.
Hal tersebut telah terbukti dengan adanya beberapa fakta dan penelitian dari para ahli dan juga beberapa keterangan
dari ayat-ayat Al Qur’an yang memperkuat bukti-bukti yang menyatakan bahwa
Ka’bah lah pusat bumi yang sebenarnya.
Pusat bumi yang selama ini orang bicarakan dan semua
yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan
pasti: Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya
terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan,
yang tak mungkin dapat diketahui di masa itu, dinyatakan dalam ayat-ayatnya.
Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah
perkataan manusia.
Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta
segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi
segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan dalam Al Qur'an
أَفَلَا
يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا
فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ? Kalau kiranya Al
Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya." (Al Qur'an, 4:82)
Tidak hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap
penggal informasi yang dikandung Al Qur'an semakin mengungkapkan keajaiban
kitab suci ini hari demi hari.
Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah untuk berpegang teguh pada kitab
suci yang Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya petunjuk
hidup. Dalam salah satu ayat, Allah menyeru kita:
وَهَذَا
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,
maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155)
Dalam beberapa ayat-Nya yang lain, Allah menegaskan:
وَقُلِ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ
يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ
الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Al Qur'an, 18:29)
كَلَّا
إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ
ذَكَرَهُ
"Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu
adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia
memperhatikannya." (Al Qur'an, 80:11-12)
4.2 SARAN
Berdasarkan
kesimpulan di atas, maka penulis merekomendasikan bahwa kita harus tetap
membuka wawasan kita karena yang kita ketahui adalah ilmu pengetahuan selalu
berkembang..
Namun
sebagai umat muslim kita sebaiknya percaya dan yakin akan adanya kebesaran-kabesaran
Allah SWT, yakni salah satunya dalam bentuk penentuan letak pusat bumi. Telah
banyak disebutkan didalam Al-Qur’anul Karim bahwa Ka’bah yang terletak di Makkah
merupakan pusat bumi yang sesungguhnya . Hal tersebut tidak hanya sebatas tertulis di dalam
Al-qur’an saja , namun telah banyak para ilmuan (no name) yang telah
membuktikan kebenaran tersebut.
Maka dari itu, dengan adanya hal tersebut kita sebagai umat muslim di
harapkan mampu lebih peka terhadap tanda-tanda kebesaran Allah, dengan mengaplikasikannya dalam bentuk keyakinan
yang semakin bertambah akan kebenaran Al-Qur’an, dan lebih merealisasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Al Qur’an
Komentar
Posting Komentar